Kain Bitung



Ko  ta Bitung merupakan salah satu kota di sulawesi utara yang terletak pada timur laut tanah Minahasa. Penduduk pertama yang memberikan nama kota Bitung adalah Dotu Hermani Somputan. Kota Bitung berasal dari nama Pohon Witung yang banyak terdapat dipesisir pantai di dekat kota Bitung itu sendiri. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong pencepatan pembangunan. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh.
Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Kota Bitung  tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Sebagian besar penduduk Kota Bitung berasal dari suku Minahasa dan suku Sangihe. Dan sisanya penduduk Kota bitung berasal dari suku Tionghoa, Gorontalo, dan juga Bolmong. Sebagian besar penduduk  Kota Bitung memeluk agama Kristen Protestan dan sisanya memeluk agama Islam, Budha, Hindu dan Konghucu. Bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kota Bitung adalah bahasa Manado.
Kota Bitung memiliki slogan 3B 5P . Slogan 3B 5P merupakan tema pariwisata Kota Bitung yang dinaungi oleh bapak Wali Kota Bitung yaitu Bapak Maximilian Jonas Lomban S.E, M.SE dan Bapak Wakil Wali Kota Bitung yaitu Bapak  Ir. Maurizt Mantiri. 3B 5P memiliki arti yaitu:
1.     3B itu antara lain, Bitung sebagai tempat, Bahari sebagai pesona bahari yang ada, dan Berseri sebagai masyarakat yang ramah dan memancarkan sinar.
2.     5P yaitu 5 Pesona antara lain:
a)     Pesona Bahari, sebagai sebuah kota pelabuhan adalah wajar apabila pesona bahari menjadi salah satu isu utama yang diangkat karena memiliki berbagai keunggulan serta potensi maritim yang dimiliki Kota Bitung.
b)    Pesona Flora, mengacu kondisi geografis Kota Bitung yang memiliki gunung, lembah, perkebunan, kelurahan, perkotaan, daerah pesisir, selat dan lautan menjadikan Kota Bitung terasa lengkap sebagai daerah pemukiman.
c)     Pesona Fauna, Kota Bitung patut berbangga karena dari 23 kera yang hidup di dunia, tujuh jenis diantaranya hidup di Indonesia. Bahkan, tiga diantaranya menjadi hewan endemik di Hutan Tangkoko Kota Bitung . Ketiga jenis  kera tersebut adalah kera terkecil di dunia yaitu Tangkasi atau Tarsius Spectrum, yaki Pantat Merah (Macaca Nigra), dan terakhir Nigra Sen atau kera tampa ekor.
d)    Pesona Industri, Kota bitung mengemasnya dengan pendekatan berbeda yaitu dengan dengn didasari dengan pemikiran untuk mendekatkan dan memamerkan tahapan proses atau pengolahan berbagai produk umggulan industri daerah dalam sebuah tempat khusus disebuah pabrik pengolahan yang dapat diakses setiap pengunjung.
e)     Pesona Sejarah, Budaya, dan Religi. Kota Bitung memiliki nilai sejarah, budaya se rta religi yang sangat tinggi. Sehingga diangkatlah tema tersebut sebagai 5 pesona yang kelima.
Salah satu kekayan yang Kota Bitung miliki saat ini yaitu Kain Bitung. Kain Bitung mulai diproduksi pada tahun 2016 sampai sekarang. Motif-motif yang terdapat pada Kain Bitung diambil dari 5 pesona Kota Bitung. Saat ini Kain Bitung sudah mengoleksi 8 seri kain antara lain yaitu:
·       Seri pertama yaitu memiliki motif  pohon kelapa yang melambangkan Kota Bitung sebagai kota pertanian dan ditambahkan dengan motif  garis-garis bergelombang yang melambangkan Kota Bitung  sebagai kota bahari.
·       Seri kedua yaitu mengangkat tema pohon kelapa dan cengkih. Kedua komoditi terutama kelapa ini merupakan komoditi penting dikota Bitung  sebagai kota industri . Selain itu pertanian adalah sektor penting kota ini disamping sektor perikanan. Oleh sebab itu suasana dilaut juga tergambar dalam motif ini karena karena Kota Bitung tidak dapat dipisahkan dari laut.
Seri ketiga yaitu memiliki motif utamanya adalah ikan Coelacanth (ikan purba) meskipun didalamnya masih terdapat motif pohon kelapa dan cengkih. Ikan purba ini menjadi salah satu icon masyarakat Sulawesi Utara sejak ditemukan saat itu.        
·       Seri keempat, pada seri ini masih berkaitan dengan seri-seri sebelumnya, pada seri ini mencakup motif ikan Coelacanth (ikan purba), cengkih, tetapi pada seri  ini ditambah dengan motif tarsius.
·       Seri kelima, pada seri ini juga masih tetap sama dan masih berkaitan dengan motif seri sebelumnya, seri kelima ini hampir sama persis dengan seri keempat,tetapi yang membedakan pada seri kelima ini ditambahkan motif pohon kelapa.
·       Seri keenam, pada seri ini mengangkat Tarsius dan Pohon Aren. Nilai yang diangkat adalah keterkaitan atau konektifitas  antara makhluk hidup dimana satu makhluk hidup membutuhkan makhluk hidup lainnya. Khusus untuk pohon aren, nilai yang diangkat adalah utility atau kegunaan dimana berbagai bagian dari pohn aren mulai dari sabut sampai airnya memiliki manfaat, sehingga berarti hidup manusia khususnya masyarakat Kota Bitung juga harus memiliki manfaat bagi orang lain.
     Seri ketujuh, pada seri ini mengangkat motif Pigmy Sea Horse ( kuda laut). Pigmy Sea Horse (kuda laut)  merupakan hewan endemik yang hanya bisa dijumpai di perairan Selat Lembeh. Hewan ini diangkat sebagai motif dari seri ketujuh ini karena memiliki nilai ekologi, biologis dan estetika.
Seri kedelapan, pada seri mengangkat motif Tarsius. Dengan diakuinya hewan langka dan endemik ini oleh Pemerintah Sulawesi Utara icon wisata SULUT, menegaskan kembali pentingnya keberadaan hewan ini bukan hanya secara ekologis di alam dan habitatnya, tetapi juga secara ekonomis sebagai daya tarik wisata yang dikenal dengan 5 Pesona terutama pesona Fauna.







Setelah kita mempelajari motif serta makna yang terkandung pada setiap seri kain Bitung kita bisa berfikir bahwa kain bitung merupakan kain yang sangat unik karena mengambil motif dari 5 Pesona yang ada di Kota Bitung. Bukan hanya itu tetapi yang menambah keunikan dari kain bitung yaitu setiap motif memilik makna yang memiliki nilai-nilai moral yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat Kota Bitung. Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus bisa menjaga dan melestarikan budaya dan juga mencintai produk-produk yang ad

No comments:

Post a Comment