Indonesia merupakan Negara kepulauan
terbesar di dunia, yang terdiri atas 17.504 Pulau, 34 Provinsi, 416 Kabupaten
dan 98 Kota. Inilah yang membuat Indonesia memiliki keanekaragaman, mulai jumlah
penduduk, luas wilayah, sumber daya alam hingga seni dan budaya serta adat
istiadat. Untuk itu, kita perlu mempelajari keanekaragaman dari setiap provinsi
sehingga dapat kita lestarikan sesuai dengan perkembangan zaman.
Provinsi Sulawesi Utara memiliki sangat banyak
kebudayaan dengan pesona dan keindahan yang harus dipamerkan kepada masyarakat
luas. Salah satu bagian dari kebudayaan yang ada di Sulawesi Utara adalah Kain
Bentenan. Nama Bentenan sendiri diambil dari nama suatu pulau dan teluk di
Pantai Timur Minahasa Selatan. Berdasarkan sejarah, pada abad ke-15 tempat itu
merupakan kawasan transit para pelaut Mangindanau, Philipina Selatan sebalum
menuju ke Ternate. Para pelaut tersebut berjasa dalam hal pembuatan Kain
Bentenan karena berdasarkan sejarah, Kain Bentenan pertama kali dibuat dengan
teknik tenun ikat.
Teknik tenun ikat tersebut yang didapat dan dipelajari dari para
pelaut yang berasal dari Mangindanau, Philipina Selatan dan kemudian
dikembangkan oleh masyarakat minahasa. Kain Bentenan sempat menghilang selama 2
abad, akan tetapi pada tanggal 26, Oktober tahun 2006, Ibu Onny Markadi-Tambuwun
berinisiatif untuk mengangkat kembali Kain Bentenan sebagai kekayaan budaya
Provinsi Sulawesi Utara dengan mendirikan Yayasan Kreasi Masyarakat Sulawesi
Utara (KAREMA). Nama-nama kain menurut motif dan warna dari Kain Bentenan
antara lain; Kokerah, Ka’iwoe
Patola, Tinonton Mata, Tinompak Kuda, Pinatikan,
Sinoi atau Sinei, Tonilama.
Pada masa modern saat ini pesona dari
Kain Bentenan tidak hanya dipamerkan didepan masyarakat Sulawesi Utara akan
tetapi semakin di pamerkan ke masyarakat luas diluar Provinsi Sulawesi Utara.
Hal tersebut dibuktikan dengan terlibatnya Kain Bentenan dalam beberapa gelaran
fashion di Indonesia.
1.
Fashion Tendance (8 September 2007)
Fashion Tendance merupakan salah satu gelaran
yang dibuat oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Kata Tendance adalah kecenderungan mode tahun
depan yang ditawarkan oleh APPMI kepada masyarakat luas. Dalam event ini kain bentenan ikut serta dalam meramaikan
sekaligus juga bertujuan untuk mesangat banyak desainer yang ikut serta. Salah satu
dari antara para desainer tersebut adalah Defrico Audy.
Pada
gelaran Fashion Tendance (2007) ini, Defrico Audy disposori oleh
Yayasan Karema yang menyumbangkan salah satu dari hasil tenunan yang ada di
rumah produksi, untuk dibuat menjadi suatu busana sekaligus salah satu kecenderungan
mode yang akan ditawarkan untuk tahun depan. Upaya Defrico Audy mengolah Kain Bentenan menjadi
gaun-gaun yang indah memang menuai hasil yang maksimal. Rancangannya yang
diberi nama Capture Imagination
tampil memukau saat gelaran Fashion Tendance.
2.
Jakarta
Food And Fashion Festival (9 Mei-7 Juni 2014)
Jakarta
Food And Fashion Festival (JFFF) tersebut memang biasa digelar setiap bulan Mei oleh PT
Summarecon Agung Tbk. dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan DKI Jakarta. Dalam
peragaannya di JFFF 2014 yang bertema “The
Hidden Treasure of North Sulawesi”
Defrico Audy didukung
sepenuhnya oleh Yayasan Karema.
Dalam
festival ini desainer Defrico Audy kembali menunjukan kemampuannya dalam
mengeksplorasi berbagai motif kain
bentenan khas Minahasa, seperti Kaiwu Patola, Tinonton Mata, Pinatikan, ditampilkan
oleh Defrico Audy di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara. warna hitam
dan putih menjadi tema besar di sekuens pertama. Dibuka dengan 10 koleksi segar
yang menawarkan ragam pilihan luaran model jaket dan cropped blazer. Hingga
kemudian Show ditutup
dengan deretan gaun pesta yang memiliki siluet feminin dan lady like.
Ragam gaun panjang dikombinasikan
dengan bahan brokat warna hitam dan merah berpotongan simpel. Kerah bulat, dada
rendah, dan V-neck memberikan kesan elegan di atas aplikasi rok panjang
berdetail pleats. Defrico juga menambahkan aksen garis menyerupai ikat pinggang
berukuran kecil dan sedang di bagian perut. Sebagai pelengkap koleksi, dominasi
warna merah pada headpieces berbentuk bunga melilit di bagian atas kepala.
Ulasan
diatas menunjukan kepada masyarakat luas lebih khusus yang ada di Indonesia bahwa
Masyarakat Sulawesi Utara memiliki pesona fashion malalui Kain Bentetnan. Salah
satu kain bermotif yang terdapat di Sulawesi Utara yaitu Kain Bentenan dapat
dibuat menjadi busana yang tidak terpaku hanya pada fashion formal atau fashion
yang identik dengan orang tua, akan tetapi dapat dieksplorasikan sesuai
kebutuhan dan perkembangan fashion saat
ini.
No comments:
Post a Comment